https://ojs.farmasimahaganesha.ac.id/index.php/JIM/issue/feedJurnal Ilmiah Mahaganesha2024-01-11T14:50:34+00:00Repining Tyas Sawijirepiningtiyas@gmail.comOpen Journal Systems<p style="text-align: justify;"><strong>Jurnal Ilmiah Mahaganesha (JIM)</strong> merupakan jurnal ilmiah tentang Sains Farmasi dan Kesehatan yang dikelola oleh Unit Pelaksana Teknis Perpustakaan Sekolah Tinggi Farmasi Mahaganesha yang meliputi kajian Kimia Farmasi, Farmasetika dan Teknologi Farmasi, Biologi Farmasi dan Bahan Alam, Farmasi Klinis dan Komunitas, Manajemen Farmasi, Farmasi Sosial, dan ilmu kefarmasian aplikatif yang terkait.</p> <p style="text-align: justify;">JIM dapat menjadi wadah publikasi bagi para mahasiswa maupun calon lulusan perguruan tinggi, termasuk pula bagi akademisi, peneliti, maupun kalangan akademik yang memiliki naskah karya ilmiah dalam bidang ilmu kefarmasian secara luas. Naskah penelitian dapat berupa penelitian asli (original article) review, atau systematic review. Terbit 2 kali dalam setahun.</p>https://ojs.farmasimahaganesha.ac.id/index.php/JIM/article/view/152Pola Penggunaan Obat Pada Pasien Penyakit Ginjal Kronis di Rumah Sakit X Denpasar Periode 20222024-01-09T14:35:03+00:00Agung Putraagungputra@farmasimahaganesha.ac.idPutu Dian Marani Kurniantaputudian.mk@farmasimahaganesha.ac.idMahadri Dhrikmaharathi.dasa1289@gmail.com<p>Laju filtrasi glomerulus (LFG) berhubungan dengan kondisi fungsi ginjal dan digunakan sebagai penentu diagnosis Penyakit Ginjal Kronik (PGK). PGK merupakan masalah kesehatan yang serius dan prevalensinya meningkat secara drastis. Tujuan analisis ini untuk mengetahui pola terapi antihipertensi, terapi obat penunjang, dan terapi penyakit penyerta. Data diambil dari data rekam medik kesehatan pasien di Rumah Sakit X Denpasar periode 2022, menggunakan desain <em>purposive sampling</em>. Subyek yang dianalisis berjumlah 86 sampel (65 laki-laki dan 21 perempuan) berumur 20 ≥ 51 tahun. Komplikasi paling tinggi pada penelitian ini adalah hipertensi (24%) dengan stadium tertinggi PGK pada stadium 5 (64%). Penggunaan obat antihipertensi monoterapi (44,90%), kombinasi 2 terapi (34,45%), kombinasi 3 terapi (15,49%) dan ≥3 terapi (5,16%). Penggunaan terapi penunjang adalah asam folat (17,11%), allopurinol (11,26%), nocid (8,55%). Penggunaan obat dalam terapi penyakit penyerta adalah natrium diklofenak (10,17%).</p>2023-12-31T00:00:00+00:00##submission.copyrightStatement##https://ojs.farmasimahaganesha.ac.id/index.php/JIM/article/view/130Prinsip Terapi Antibiotik Empiris untuk Infeksi Pneumonia pada Pediatri2024-01-11T14:50:34+00:00Ni Putu Mirah Sakaningrumsakaningrumm@gmail.comPutu Dian Marani Kurniantaputudian.mk@farmasimahaganesha.ac.idPande Made Desy Ratnasaridesycicik1324@gmail.com<p><span class="fontstyle0">Pneumonia merupakan salah satu jenis infeksi pada saluran pernapasan dengan beberapa etiologi dan klasifikasi. Secara umum pneumonia disebabkan oleh mikroorganisme seperti bakteri, virus, atau jamur. Kasus pneumonia terbanyak cenderung berasal dari infeksi bakteri dengan angka kejadian mencapai 33-50%. Penggunaan antibiotik memegang peranan penting dalam tata laksana infeksi pneumonia oleh bakteri, termasuk kelompok pediatri. Pada dasarnya, terapi antibiotik untuk pengatasan pneumonia dapat dilakukan secara empiris berdasarkan pengalaman diagnosa kejadian maupun secara definitif berdasarkan pemeriksaan laboratorium yang spesifik. Antibiotik empiris digunakan pada kasus infeksi yang belum diketahui jenis bakteri penyebab dari infeksi tersebut dan pola kepekaannya. Antibiotik empiris yang dapat dipilih berdasarkan pedoman terapi adalah amoksisilin atau ampisilin sebagai lini pertama, antibiotik golongan makrolida sebagai pengobatan pada infeksi bakteri atipikal, serta penggunaan antibiotik secara intravena ketika kondisi pneumonia berat. Lama pemberian antibiotik empiris pada pneumonia adalah 7-14 hari. Terapi simptomatis dipertimbangkan sebagai upaya pencegahan perburukan kondisi pasien.</span> </p>2023-12-31T00:00:00+00:00##submission.copyrightStatement##https://ojs.farmasimahaganesha.ac.id/index.php/JIM/article/view/67Studi Kejadian Interaksi Obat Antibiotik Golongan Fluorokuinolon2023-12-31T18:04:52+00:00Imelda Ameliaafifahmaharani299@gmail.com<p>Interaksi obat terjadi jika efek suatu obat (<em>index drug</em>) berubah akibat adanya obat lain (<em>precipitant drug</em>), makanan, atau minuman. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis interaksi dan tingkat keparahan interaksi obat Antibiotik golongan Fluorokuinolon pada resep di Apotek Silviana Surabaya. Metode dalam penelitian ini dilakukan pengumpulan resep periode Mei-Agustus 2021 kemudian dilakukan skrining resep menggunakan aplikasi Medscape untuk mengetahui jenis interaksi dan tingkat keparahan interaksi obat. Pada penelitian ini diperoleh total resep keseluruhan periode Mei–Agustus 2021 adalah 246 resep namun yang diperoleh hanya 49 resep yang mengalami interaksi obat yang telah dikaji menjadi 10 macam obat kombinasi. Dapat disimpulkan bahwa tingkat keparahan interaksi <em>mild</em> didapatkan 2 kejadian<em>, monitoring closely</em> 19 kejadian, <em>serious </em>didapatkan 28 kejadian. Diharapkan untuk penelitian selanjutnya menggunakan antibiotik golongan lain yang sering diresepkan di Apotek Silviana Surabaya agar memperoleh wawasan ilmu pengetahuan tentang interaksi obat lebih banyak.</p>2023-12-31T00:00:00+00:00##submission.copyrightStatement##https://ojs.farmasimahaganesha.ac.id/index.php/JIM/article/view/153Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Kepatuhan Minum Obat Antidiabetes Oral Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 22023-12-31T18:04:52+00:00heny dwi arinirepiningkelas2021@gmail.com<p>Keberhasilan pengobatan diabetes melitus sangat dipengaruhi oleh kepatuhan minum obat. Kepatuhan minum obat dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satunya tingkat pendidikan. Tingkat pendidikan yang semakin tinggi akan meningkatkan intelektual seseorang sehingga semakin baik menerima dan memahami informasi yang diberikan konselor, serta mempunyai pola pikir yang lebih baik terhadap penyakit dan terapi yang dijalaninya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat pendidikan dengan kepatuhan penggunaan obat antidiabetes oral pada pasien diabetes melitus tipe 2. Penelitian analitik observasional dengan rancangan <em>cross-sectional</em> dilakukan di sebuah rumah sakit A Denpasar dengan menggunakan kuesioner MMAS-8 sebagai alat pengukuran kepatuhan minum obat. Penelitian melibatkan 74 orang pasien yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Hasil penelitian menunjukan 52,7% pasien memiliki kepatuhan sedang, kepatuhan rendah sebesar 32,4%, dan kepatuhan tinggi sebesar 14,9%. Ada korelasi positif yang sangat lemah dan signifikan (p=0.042) antara tingkat pendidikan dengan kepatuhan minum obat antidiabetes oral.</p>2023-12-31T00:00:00+00:00##submission.copyrightStatement##https://ojs.farmasimahaganesha.ac.id/index.php/JIM/article/view/118the ANALISIS EFEKTIVITAS BIAYA TERAPI ANTIDIABETIK ORAL KOMBINASI PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RSUD dr. SOEROTO NGAWI2023-12-31T18:04:52+00:00Lia Ika Rahayu Milandaliamilanda8@gmail.com<p>Diabetes merupakan penyakit tidak menular yang cukup serius dimana insulin tidak dapat diproduksi secara maksimal oleh pancreas. Menurut data berdasarkan World Health Organization (WHO) (Wicaksono, 2015) penyakit diabetes mellitus merupakan ranking keenam penyebab kematian di dunia, data yang didapatkan bahwa kematian yang disebabkan karena diabetes ada sekitar 1,3 juta dan yang meninggal sebelum usia 70 tahun sebanyak 4 persen. Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui efektivitas biaya terapi yang paling <em>cost-effective</em> pada pasien diabetes melitus tipe 2 di RSUD dr. Soeroto Ngawi.</p> <p>Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini yaitu penelitian <em>non-eksperimental</em> dengan pengambilan data menggunakan metode <em>cross sectional</em> secara retrospektif dengan pengambilan data di ambil melalui data rekam medik yang kemudian di observasi secara deskriptif. Efektivitas pengobatan diukur berdasarkan penurunan gula darah sewaktu (GDS) yang mencapai target sedangkan efektivitas biaya dapat dilihat berdasarkan nilai ACER dan ICER.</p> <p>Hasil penelitian dalam penelitian ini menunjukkan persentase efektivitas terapi obat A (metformin glimepirid) sebesar 91% kelompok terapi B (metformin acarbose) sebesar 95% dan pada kelompok terapi C (metformin novorapid) sebesar 92%. Rata-rata total biaya antidiabetes kelompok terapi obat A (metformin glimepirid) Rp. 1.220.831,- obat B (metformin acarbose) Rp. 1.195.589,- dan obat C (metformin novorapid) Rp. 1.377.407,- dari ketiga kelompok terapi obat tersebut kelompok terapi yang lebih <em>cost-effective</em> daripada kelompok lain yaitu kelompok terapi B (metformin acarbose) dengan nilai ACER Rp. 12.585,- dan nilai ICER Rp. – 6.310,- pada pasien diabetes mellitus tipe 2 di RSUD dr. Soeroto Ngawi.</p> <p>Kesimpulan dari penelitian ini yaitu kelompok terapi B (metformin acarbose) memiliki efektivitas terapi yang lebih tinggi dengan biaya lebih rendah. Harapannya rumah sakit dapat menjadikan penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu acuan pertimbangan pemilihan terapi antidiabetik untuk pasien diabetes mellitus tipe 2.</p>2023-12-31T17:08:50+00:00##submission.copyrightStatement##